Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

darkest confession

I am 25, and I try to being honest. I feel not capable for being 25, for being an adult. Because … Have you ever lose your mind? For me, its happen once or twice. The first time is when I feel the first real love. I was fall too far and loving someone blindly and deafly. I lose my mind, give everything I had. My time, my money, my brain, my heart and my body. I sacrifice my friends, my family and myself to be with him, to makes him happy, to be with him. I closed my ears when everyone mocks me, when they ridiculed me. I let him treat me badly. I such a foolish. Its idiot, but I don't regret it. that's just a great lesson, and I'm thankful. And the second one, I hope is the last time, is when I feel so depressed, I cant talk to anyone because I have no such relationship with my family or my friends anymore. I take three high-dose sleeping pills, which that prescribed by doctor and should not be taken more than five days and may not be more than on

Hukum Newton Ketiga disambut Menunggang Badai, Barasuara

Malam itu, gue mengendarai motor gue seorang diri menuju suatu lokasi. Kondisi jalanan cukup sepi, hanya ada tiga motor dan satu mobil sejauh mata memandang. Seperti biasa, gue mengendarai motor dengan menggunakan headset untuk mendengarkan lagu. Saat itu lagu yang terputar adalah Menunggang Badai milik Barasuara, terbesit lirik yang cukup ngebuat otak gue mengembara entah kemana sementara mata dan tangan seperti autopilot “di dalammu dendam parah bersarang, perih mencekam, pedih bersulang, lara bersarang. Dalam peraduan dendammu melagu, dalam perasaan diammu memburu, dalam kesunyian gerammu bertalu” Otak gue kembali ke masa-masa paling menyakitkan (di hubungan yang sekarang), rasa terbohongi, rasa diabaikan dan tidak dianggap, rasa diduakan dan dilupakan. Setiap conversation entah chat atau kata yang terucap terekam jelas dan itu berulang lagi bagai recorder tape di otak gue. Gue menelan ludah dan menggertakan rahang, berusaha mengatakan ke diri gue sendiri “ I’m fine ,

Lihatlah lebih dekat, maka kau akan mengerti

Lihatlah lebih dekat, maka kau akan mengerti. Gatau kenapa lagu petualangan Sherina itu terngiang-ngiang di otak gue. Mengapa bintang bersinar? Mengapa air mengalir? Mengapa dunia berputar ? Bagi anak kecil, mungkin itu pertanyaan yang sangat sulit dijawab, sekalipun mendapatkan jawabannya, mungkin itu diluar nalarnya mereka dan kepalanya bisa pecah sendiri mikirin itu. Lalu Sherina menjawab pertanyaannya sendiri dengan jawaban “ Lihatlah lebih dekat, maka kau akan mengerti ” Seketika gue pun mencoba menerapkan pemikiran simple anak kecil itu. Mungkin, mungkin gue hanya terlalu keras berfikir dengan cara gue sampai pada akhirnya gue menjadi orang yang kaku, close minded dan judgemental . Gue jadi berfikir semua dugaan gue benar tanpa tau kejadian di lokasi. Gue jadi anak kecil yang mendapat jawaban, tapi gak bisa nerima logika dari jawaban tersebut karna emang otaknya gak nyampe. Trus gimana caranya biar gue bisa memahami logikanya? Gimana caranya biar nalar gu

?

Siapa aku? Pertanyaan yang akhir-akhir ini mengganggu Mungkin kah aku jelamaan dari masa lalu? Atau hanya inilah aku sedari dulu? Aku benci menjadi insecure , selalu khawatir dan tidak percaya diri Aku benci mengais-ngais hanya untuk perhatian lebih Aku benci memohon untuk di tolong, diselamatkan dari sepi Aku rindu menjadi candu Aku rindu berapi-api tanpa sabu Aku rindu menyendiri dan tidak terganggu (karenanya) Jika endorphin dan dopamine menjadi kunci dari cinta dan bahagia, Maka caffeine dan nicotine , seharusnya cukup. Tapi tidak. Jauh dari kata cukup. Sangat kurang Etanol? Daniels? Regal? Martell? Fireball? Royal? Sangat membantu, untuk beberapa saat. Adakah sesuatu yang abadi? Adakah sesuatu yang nyata? Adakah sesuatu yang dapat menyelaraskan rasa dan logika? Tertanda, Seseorang yang tidak lagi mengenal dirinya, dan orang di sekitarnya

Dark Side of Taurean

No matter what they are, or who. either they are boys or girls, or even just a stuff like cars, computers, games, electric cigarette , action figure, sports, hobbies, social media, alcohol or even food. If they steal whats mine, they turns become my enemy .  Steal means, steal my position like become priority.  But, I know the subject and objects.  I will blame the subject, but still I can eliminate the objects if necessary, like the subject defend them than me , or when it become too far, I can eliminate the subject, too . or both of you. -The dark side of Taurean combination of stubborn, dominant and possessive when you annoy a calm Bull. It will be different if I still be priority, you let me in and be honest. Believe me, it will be quite beautiful balance . you can do whatever you want, and my dark side doesn't come out,  and we will enjoying together .
Jakarta, 5 September 2018 Bisakah kita menjaga jika sudah tidak ada rasa? Bisakah kita bercerita jika sudah tidak ada cinta? Karna bercinta pun tidak harus dengan cinta Akankah kita terluka jika sudah tidak ada suka? Akankah kita tersakiti jika sudah tidak ada peduli? Lalu mengapa mengasihi sesuatu yang sudah usai? Lalu mengapa kembali jika sudah memutuskan pergi? Jika berpisah adalah jalan, Kembali bukan pilihan Jika masih ingin bersama, mengapa harus berpisah? Jika memang ingin berpisah, mengapa masih bersama? Karena sejujurnya, rasa tak akan pernah padam. Ia hanya karam dan tenggelam. Dan kadang yang sudah pudar Kembali ke permukaan dengan sapaan “apa kabar?” Hidup kadang selucu itu… Kembali ke permukaan bukan berarti kembali mengarungi bersama, Kadang hanya memori yang kembali hangat membara. Karena kami adalah manusia. Selayaknya kami mencintai Tuhan, namun tetap melakukan dosa Kami pun mungkin akan mendua, walau tetap me

Love or Drugs?

We think we love something, but we didn’t. We just drunk and addicted to the objects. If love produce a dopamine, which is a chemical helps regulate movement, attention, learning and emotional responses, the chemical that you can found in cocaine and other drugs. So, we can said love is drugs too. When we falling in love (or when we think we falling in love), we can act so emotional and stop thinking rationally, blame dopamine. But, just like the other drugs, we cant ‘high’ all the time, we need more dose for feeling high and drunk again, but when we don’t get it, we dying, we cant control ourselves, cant control our emotion, just like a junkie who don’t get their drugs. Pain, hurt, sick. What we can do just scream, cry and feel so angry.                 I think that’s me. I just realize that he’s my personal drug, and when I cant get my supply, I got crazy. Is it healthy? Just like coffee. I’m addicted to coffee, I got dizzy if I don’t drink at least two cups of coff

Value

Entahlah, hanya pemikiran gue aja atau memang seperti itu. Seiring perkembangan zaman, kita di fasilitasi dan di mudahkan dari segala sisi. Transportasi, komunikasi dan layanan lainnya, pada akhirnya kita jadi effortless dan pemalas. Dulu, jaman gue puber which is pas gue SMP sekitar tahun 2005-2008 itu perkembangan teknologi baru bermunculan. Beberapa temen gue belum punya HP, HP paling keren itu ya HP dengan kamera resolusi rendah dan speaker HP yg sember, mentok-mentok buat maen game uler. Dulu, pas gue lagi PDKT sama cowok, tau alamat email aja udah seneng banget. Kita saling bertuker kabar dengan SMS, iya satu kali kirim SMS itu 100-300 perak, mahal. Dan cuma pacaran sama orang tajir yang bisa telfonan apalagi sampe 30 menit, semua serba mahal. Kalo mau murah, ya ke wartel atau janjian online jam berapa gitu via yahoo messenger trus kita sama-sama ke warnet. Semua butuh effort, effort buat saling komunikasi, selain ketepatan waktu online, uang pun jadi salah satu poinnya, ki

My Karma?

2015, Gue berusia belum genap 21 tahun, saat itu gue sedang menyusun skripsi gue. Sembari menyusun skripsi, rasa bosan dan tekanan dari sang pacar membuat gue jadi mahasiswa tingkat akhir yang sudah tidak ada kelas dan sudah bekerja, ya gue bekerja agar tidak dianggap remeh, maklum saja sang pacar sudah memasuki dunia kerja dan mungkin saat itu dia sedang mengalami quarter life crisis . Saat itu, sebelum gue memulai masuk dunia kerja, gue muak banget, dia marahin gue karna gue bangun diatas jam 1 siang dan tidur setelah jam 5 pagi, dunia gue dan dia benar-benar berbeda karena dia dipaksa bangun jam 5 pagi dan tidur jam 10 malam. Saat itu gue sama sekali gak ngerti kenapa dia marah-marah. Sekarang gue ngerti, dia cuma mau ditemenin, dia cuma mau gue sepenanggungan sama dia, sama-sama merasakan tai nya kehidupan, sama-sama bangun pagi, melawan macet dan kembali kerumah setelah ngantor. Sementara gue, keluar rumah sore, nongkrong sampe malem, subuh-subuh baru ngerjain skripsi sambil