Value

-

Entahlah, hanya pemikiran gue aja atau memang seperti itu. Seiring perkembangan zaman, kita di fasilitasi dan di mudahkan dari segala sisi. Transportasi, komunikasi dan layanan lainnya, pada akhirnya kita jadi effortless dan pemalas.
Dulu, jaman gue puber which is pas gue SMP sekitar tahun 2005-2008 itu perkembangan teknologi baru bermunculan. Beberapa temen gue belum punya HP, HP paling keren itu ya HP dengan kamera resolusi rendah dan speaker HP yg sember, mentok-mentok buat maen game uler. Dulu, pas gue lagi PDKT sama cowok, tau alamat email aja udah seneng banget. Kita saling bertuker kabar dengan SMS, iya satu kali kirim SMS itu 100-300 perak, mahal. Dan cuma pacaran sama orang tajir yang bisa telfonan apalagi sampe 30 menit, semua serba mahal. Kalo mau murah, ya ke wartel atau janjian online jam berapa gitu via yahoo messenger trus kita sama-sama ke warnet.
Semua butuh effort, effort buat saling komunikasi, selain ketepatan waktu online, uang pun jadi salah satu poinnya, kita menyisihkan uang jajan untuk beli pulsa dan ke warnet. Belum lagi buat jajanin es teh (bagi yang cowok) dan nonton bioskop sebulan sekali (tetep, di hari senin biar murah, alias nomat).

Saat itu ketepatan waktu sangat penting. Gue yang pulang sekolah jam 1, harus nungguin dia yang keluar jam setengah 3 (secara gue pacaran sama anak SMA atau sama anak kelas 3 yang ada PM). Begitu juga sebaliknya, dia yang nungguin gue selesai ekskul sampe magrib, semua di komunikasiin. Semua kita lakuin cuma biar bisa ngobrol setelahnya, ngobrolnya juga paling setengah jam sampe sejam sambil makan mie dan minum es teh, trus jalan bareng sampe ke halte, dan pulang masing-masing, gue naik metromini kearah manggarai, dia naik bus kearah pancoran atau balik lagi ke sekolah (ada beberapa mantan gue yang tinggalnya di deket sekolah).

Semua butuh effort. Sekarang? Chatting gratis dari aplikasi chat, telfon dan videocall pun sama. Ada Instagram buat pamer, dulu buat pamer ya cuma makan bareng dikantin, sesekali jalan sambil gandengan. Kuota internet pun sekarang murah, dan ada wifi dimana-mana. Semua jadi lebih gampang.
Dan gue kadang, karena sekarang semua menjadi mudah dan murah, semua tidak lagi di hargai.
Waktu, komunikasi, dan mungkin sex, semakin semua mudah di akses, semua menjadi berkurang value nya. Kaya iPhone, dulu cuma orang tajir dan penting yang pakai macbook dan iphone, sekarang? Value nya udah turun, anak SD pun udah pake iphone dan macbook.

Intinya, semakin mudah sesuatu di raih, value-nya akan turun. Tapi kalo sesuatu itu sulit dan butuh banyak pengorbanan dan perjuangan, believe me that’s worth it.

Banyak jalan menuju Roma. Banyak jalur menuju Tajur. Just thinking bout it dan jangan mager buat effort. The power of kepepet pun kadang membantu.

Kita semua punya kesempatan yang sama, hanya bagaimana kita mau mengupayakan kesempatan kita, karena perjuangan dan prioritas kita yang beda.
Waktu kita semua sama, 24 jam satu hari, hanya ada yang sangat memanfaatkannya dengan produktif, ada yang lebih mementingkan kenyamanan diri sendiri.
Your choice.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahasa Cewek vs Bahasa Cowok

-
Lo pernah denger tentang pernyataan kalo cewek itu munafik? Pastinya sering dong dan hal ini biasa terlontar dari cucu-cucu adam. Gue sih sebagai cewek jujur merasa tersinggung, tapi setelah gue objektif, gue gak bisa menampik kalo ternyata itu emang benar, terutama bagi para hawa yang sedang di mabuk asmara alias kasmaran, beberapa contoh kata-kata yang dikeluarin cewek yang terkesan munafik deh dan biasanya digunakan untuk membuat pasangannya merasa tercampakkan dan memilih untuk kembali atau tetap mencintainya, we can see : · Aku gak mau liat kamu lagi, artinya : aku mau kamu selalu ada di hari-hari aku · Go away, artinya : Pergi (benerkan bahasa indonesianya itu), serius-serius, artinya si cewek minta pasangannya untuk tetap tinggal disini bersamanya · Don’t touch me anymore, ini biasa digunakan abg-abg sok bule, tapi gapapa sih siapa tau dapet cowok bule kan, haha, tapi maksud dari si cewek adalah I need your hug now, aku gak sanggup tanpa kamu
Baca selengkapnya

my brothers

-
Gambar
beberapa waktu yang lalu gue pernah posting tentang "Sister another parents" dan sekarang gue mau posting tentang "Brothers another Parents", kali ini mereka bukan sekedar sahabat tapi mereka ini memang keluarga dan seorang kakak yang sangaaaat baiiiik. malah gue pernah lebih nganggep mereka kakak dibanding kakak kandung gue sendiri. and here they are : Ipung Budianto Barnadus S.Pd Kak Ipung, awal gue kenal sama dia tuh pas gue kelas 1 SMP, saat itu gue sering ikut kakak gue ngumpul sama temen-temennya dan kenal lah gue sama dia. Dia ini pacarnya kakak gue (dulu). mereka pacaran sekitar 3 tahunan lah. saat mereka masih pacaran, gue mulai deket lah sama manusia ini, dia orangnya kocak sumpah tapi becandanya kasar (bukan fisik, tapi kata-katanya nyelekit bahkan SARA) tapi itu yang bikin ngakak, dan lama kelamaan gue ketularan selera humornya dia, tapi gue tetep pilih-pilih orang buat humor seperti ini, soalnya bisa-bisa bikin orang sakit hati. Bisa dibilang orang i
Baca selengkapnya
-
Jakarta, 5 September 2018 Bisakah kita menjaga jika sudah tidak ada rasa? Bisakah kita bercerita jika sudah tidak ada cinta? Karna bercinta pun tidak harus dengan cinta Akankah kita terluka jika sudah tidak ada suka? Akankah kita tersakiti jika sudah tidak ada peduli? Lalu mengapa mengasihi sesuatu yang sudah usai? Lalu mengapa kembali jika sudah memutuskan pergi? Jika berpisah adalah jalan, Kembali bukan pilihan Jika masih ingin bersama, mengapa harus berpisah? Jika memang ingin berpisah, mengapa masih bersama? Karena sejujurnya, rasa tak akan pernah padam. Ia hanya karam dan tenggelam. Dan kadang yang sudah pudar Kembali ke permukaan dengan sapaan “apa kabar?” Hidup kadang selucu itu… Kembali ke permukaan bukan berarti kembali mengarungi bersama, Kadang hanya memori yang kembali hangat membara. Karena kami adalah manusia. Selayaknya kami mencintai Tuhan, namun tetap melakukan dosa Kami pun mungkin akan mendua, walau tetap me
Baca selengkapnya