Harapan
Semua orang butuh harapan. Untuk bertahan
hidup, untuk memperjuangkan hidup, semua ada harapan. Sesuatu yang gak bisa
dibuktikan secara harafiah, tapi kita mempercayainya.
Begitu juga gue, di tahun 2015
ini begitu banyak harapan, mulai yang sudah terwujud, belum terwujud dan tidak
terwujud sama sekali. Bisa dibilang dua harapan gue di tahun ini adalah, bisa
punya jam tangan lagi dan pergi Gombong untuk nyekar, dan dua-duanya gue
lakukan dengan jerih payah gue sendiri, wow! Walau jam tangan bukanlah jam
tangan yang mewah yang berharga ratusan ribu hampir jutaan, setidaknya itu
cukup lucu, dan walaupun ke kebumen menghabiskan banyak biaya, dan sekalian
berlibur ke Jogja, gue gak nyesel, itu seru, asik, perjalanan pertama gue tanpa
orangtua atau organisasi, dan bisa dibilang, gue kangen Jogja dimalam hari.
Harapan yang belum terjadi tapi
gue yakin akan terjadi adalah, gue akan lulus sebagai sarjana tahun ini, punya
penghasilan sendiri, kerja kantoran, dan liburan. Gue percaya itu akan terjadi
tahun ini.
Sementara harapan yang sudah
pasti tidak terwujud adalah, gue lulus sebagai sarjana dibulan Mei, gue punya
penghasilan di bulan Mei, gue liburan dibulan Mei, gue ngadain syukuran dengan
dana pribadi gue sendiri di bulan Mei, gue bakal traktir temen-temen deket gue
di bulan Mei. Itu yang pasti gak akan terjadi.
Marah? Iya. Kesel? Iya. Sedih? Iya.
Kecewa? Banget!
Hampir sebulan gue berusaha agar
semuanya terjadi di pertengahan tahun ini, tapi itu gak akan terjadi. Kenapa? Sebagai
manusia, mungkin lebih mudah menyalahkan orang lain atau keadaan, itu yang gue
lakukan, tapi gue sadar niat baik akan berakhir baik, sementara niat buruk akan
berakhir buruk, dan sepertinya niat gue gak sepenuhnya baik. Setelah dipikir-pikir,
kalo semua itu berhasil dibulan Mei, bisa betapa sombongnya gue? Dan berfoya-foya
serta bermabuk-mabukan di hari spesial? Bukan hal yang baik, setidaknya secara
agama itu tidak diperbolehkan, jadi kenapa berdoa demi sesuatu yang tidak
diperbolehkan?
Lagipula, gue gak pernah dididik untuk berfoya-foya, selama
hampir 21 tahun gue hidup, hanya ada 3 kali pesta, tapi jangan harap itu pesta
dengan gaun princess atau acara tiup lilin dengan kue Barbie beserta para
manacin nya, atau ruangan penuh balon dan soundsystem. Pesta pertama itu saat
gue masih kecil, 5 tahun mungkin, saat itu kita merayakan ulangtahun dip anti asuhan,
hanya potong tumpeng, bagi-bagi nasi box dan berdoa bersama, seenggaknya itu
yang ada di foto. Pesta kedua saat gue umur 8 tahun, gue merengek
sejadi-jadinya untuk bisa bikin pesta kaya temen-temen di SD lainnya yang
pestanya di KFC atau McD, tapi nyokap hanya mengadakan pesta di kelas, hanya
makan bersama dikelas. Dan mulai saat itu gue tau kenapa ‘berkumpul’ dan ‘makan’
adalah hal yang paling penting daripada pesta megah dan meriah, dan itu
menagapa gue menganggap makan itu ritual yang intim, entah itu makan siang,
apalagi makan malam. Entah itu di warteg, fast food ataupun restoran.
Pesta terakhir adalah saat umur
17 tahun, saat itu gue juga merengek minta diadakan pesta, setelah melihat
pesta yang disiapkan nyokap untuk kakak gue di ulangtahunnya ke 21. Kalo ada
yang bilang seorang Taurus adalah orang yang paling jealous-an, bahkan tingkat
jealous nya bisa 100%, mungkin benar, gue terlalu jealous dengan hal-hal kecil,
dengan perhatian-perhatian kecil dari orang terdekat gue tapi bukan ditujukan
ke gue. Di ulangtahun ke 17, gue mengundang semua temen SD-SMA gue untuk
sekedar makan bareng dirumah, tanpa ada acara tiup lilin atau apapun itu, kita
hanya mengobrol, minum sedikit dan nginep rame-rame, cukup hangat saat itu.
Jadi setidaknya gue berfikir alasan
gue gagal meraih harapan gue adalah…
karna Ia tau bahwa gue belum siap, bahwa
gue mungkin bisa jadi orang yang lupa diri atau mungkin karna Ia tau kalo gue
bisa saja menjauh dari jalan-Nya dan Dia terlalu sayang untuk membiarkan gue
menjauh. Setidaknya gue menerapkan apa yag nyokap gue ajarkan, duduk,
berkumpul, makan bersama, tertawa bersama, mengobrol bersama, bukannya duduk mabuk-mabukan
menghabiskan uang dengan orang-orang yang belum tentu tulus.
Dan seperti anak-anak lain yang
selalu punya wish untuk ulangtahunnya, gue Cuma pengen doa yang tulus, bukan
doa formalitas yang biasa diucapkan orang-orang saat bertemu atau lewat
video/voicenote atau disetiap pesan singkatnya. Tolong doain gue aja supaya
apapun rencana-Nya, bisa gue terima dan gue kuat menjalaninya.
21 tahun, ya, gue sudah tua dan
menyebalkan.
But as I always said, my
meaningful, cheerful, wonderful birthday was my 18, my first surprise, and my
best gift. Even we always fighting, and our words so harsh and hurting each
other, and act like we don’t need each
other. I never feelin bad when I blow the candle that night.
Seharusnya setelah gue tiup dua
lilin itu, gak usah dinyalahin lagi salah satunya, soalnya gue pasti akan meniupnya lagi dan lagi. Ya,
lilin itu pasti akan selalu mati sebagai tanda dari semua jawaban gue.
Komentar
Posting Komentar