babysitter or partner

Sebenernya ini post yang udah cukup lama mengendap di draft laptop gue... no offence, cuma mengungkapkan bagian sendu dari diri gue aja, namanya juga cewek pasti pernah galau, khawatir, melankolis, dan berharap.
gue aja lupa ini kapan gue tulis tapi yang pasti saat kekhawatiran itu ada


Kadang sesuatu lebih mudah untuk dituliskan daripada dikatakan... atau didiamkan sehingga hilang begitu saja

Ada yang bilang kalo seorang gadis yang kehilangan atau kurang mendapat figur seorang ayah akan mencari pasangan yang lebih tua yang dikira lebih dewasa, bukan karna si gadis childish tapi lebih pada ... mungkin si gadis ingin lebih mendapat figur seorang pemimpin atau pelindung, 

tapi hubungan beda pola pikir itu agak sulit, si lelaki dewsa ini harus capek hati dan tenaga untuk memberi tau, membimbing, menuntun, menjaga, bahkan mungkin mendewsakan si gadis ini, bukan hal yang gampang mendoktrin pola pikir seorang cewek yang emang udah terbentuk dari kecil dikarenakan faktor a, b dan c, bahkan ada yang bilang hubungan seperti itu bukan lagi hubungan sepasang kekasih melainkan babysitter, bisa dibayanginkan betapa sulitnya menjadi pihak si pria? 

Tapi bagi pihak si gadis pun bukan perkara yang mudah untuk mengikuti atau mngimbangi si pria yang notabenenya jauh lebih dewasa dalam berfikir, pikiran itu paling fatal dan bikin minder, bagaimana si gadis terlalu bergantung pada si pria, bagaimana si gadis terlalu mengandalkan pasangannya, bagaimana si gadis berusaha mengimbangi pola pikir pasangannya padahal emang belum sampe, bisa jadi perbedaan itu ditambah dengan perbedaan kasta yang ada, mungkin si cowok merupakan orang famous atau yang sangat berpengaruh sementara si cewek udah kaya butiran debu yang ada atau gak ada kehadirannya sama aja ya gak ngaruh, mungkin si cowok don juan yang udah kaya bangke dikerubutin laler sementara si cewek boro-boro ada yang suka ada yang mau satu aja udah sujud syukur banget, atau si cowok itu pinter membahana sementara si cewek harus ngulang matkul yang sama 3x, 


mungkin hal-hal yang dianggap sepele awalnya lama-lama menjadi momok yang besar, inget orang kesandung bukan karna ada batu kali tapi karna batu kerikil kecil yang gak kasat mata kalo gak diperhatiin banget. Jijik, kata itu yang gue inget denger rasa pas buat pasangan seperti ini, si cowok udah mateng, dan berpikir logika, eh yang cewek masih aja ketawa ketiwi galau dan kebawa perasaan. 

Bagi sang cewek. Minder? Pasti. Takut? Iyalah. Khawatir? Bagian dari ketakutan itu sendiri. Gak pede? Bagian dari minder. Menjadi lemah bagian dari diri cewek itu sendiri, yang dibutuhkan sang gadis ya hanya keteguhan hati sang cowok supaya gak give up dan kerajinan si cowok untung mengingatkan dan membimbing, itukan yang dicari dari kedewasaan seseorang, kemampuan untuk memimpin dan membimbing, dan yang dibutuhkan sang cowok hanya rasa berjuang, semangat si cewek untuk terus belajar dan keluar dari zona amannya.

Faktor a, b, atau c itu bukan alasan, kita ngebahas kita bukan faktor, grow up, hidup hidup lo pilihan lo jangan nyalahin orang, tanggung jawab! Gausah sok tegar kalo emang gak tegar! Phsyco!
Thanks...

jangan cape dan bosen ya, keramik aja bisa jadi indah setelah proses yang panjang dan menyakitkan, sama juga kaya pedang dan marmer. Please dont give up on me and always tell me until I can and ready to see the world... please

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahasa Cewek vs Bahasa Cowok

my brothers