Hukum Newton Ketiga disambut Menunggang Badai, Barasuara
Malam itu, gue mengendarai motor gue seorang diri menuju suatu lokasi. Kondisi jalanan cukup sepi, hanya ada tiga motor dan satu mobil sejauh mata memandang. Seperti biasa, gue mengendarai motor dengan menggunakan headset untuk mendengarkan lagu. Saat itu lagu yang terputar adalah Menunggang Badai milik Barasuara, terbesit lirik yang cukup ngebuat otak gue mengembara entah kemana sementara mata dan tangan seperti autopilot “di dalammu dendam parah bersarang, perih mencekam, pedih bersulang, lara bersarang. Dalam peraduan dendammu melagu, dalam perasaan diammu memburu, dalam kesunyian gerammu bertalu” Otak gue kembali ke masa-masa paling menyakitkan (di hubungan yang sekarang), rasa terbohongi, rasa diabaikan dan tidak dianggap, rasa diduakan dan dilupakan. Setiap conversation entah chat atau kata yang terucap terekam jelas dan itu berulang lagi bagai recorder tape di otak gue. Gue menelan ludah dan menggertakan rahang, berusaha mengatakan ke diri gue sendiri “ I’m fine ,...